BARA | Puisi Dadan Dania DK

BARA
Dadan Dania DK

Pagi yang kering menyulut huma dan terbakar
aku tersesat di tengah bara
siang pun garang menendang gersangnya pagi
bebek-bebek terserak begitu saja melepas teriak
hendak diguncang kenyataan dengan kelantangannya
hendak disesaki kenyataan dengan teriaknya
sedang aku tersekat di kepengapan sempitnya sekat
susut pada satu sudutnya, diremas ganasnya kenyataan.

Bebek-bebek itu, juga aku
kian parau kian risau
kelu dan kaku dalam kebisuan yang terpaksa
gembala hanyalah tonggak-tonggak bergetah,
wajahku, ... kau lihatlah wajahku,
adakah berdarah?

Tatap pun nanar kian pudar
dan isak makin serak
dan ratap makin senyap
langkah pun gontai kian lunglai
kaku kakiku terpaku berat terpahat
karena kata yang tak kau dengar
karena cita yang tak tergapai

Panasnya kenyataan membakar kenangan dan harapan,
gembala pun tunduk sembunyi di balik tudung
dari sinisnya kerling surya yang menghantam
tudung pun kian kering
hati pun kian kering
kering
kering
diriku lihatlah diriku
kering
kerontang
diganggang kenyataan yang terik.


Cimahi, 1397H

Blog Archive